Darurat Sampah Plastik

Apa sebenarnya masalah yang paling kita hadapi ketika mendengar kata “Darurat Sampah Plastik”? Apakah kita harus stop penggunaan plastik dengan ekstrem?

Mari kita permudah dengan membagi 2 macam barang yaitu plastik yang dipakai berulang dan plastik yang sekali pakai. Plastik yang dipakai berulang, anggaplah lemari plastik, meja plastik, kursi plastik, atau bahkan baju kita yang tanpa sadar sebenarnya ada kandungan plastiknya juga. Apakah kita harus stop penggunaan barang-barang seperti ini?

Kategori berikutnya adalah plastik yang dipakai sekali, seperti tas belanja plastik, botol minum, atau kemasan makanan dan minuman saat order di aplikasi ojek online. Berapa lama umur produk kategori pertama kita pakai, dan produk kategori kedua kita pakai? Kategori pertama mungkin umurnya cenderung lama, jadi sampahnya cenderung tidak sering kita temukan. Berbeda dengan sampah kategori kedua, sampahnya cenderung kita temui hampir setiap hari.

Pertanyaan berikutnya kembali muncul, Jadi sebenarnya kita perlu memerangi material plastik, atau sampah plastiknya? PBB menjawab “Yang kita perlu lawan adalah bukan plastik, karena secara fungsi sifat plasticity itu sangat berguna di banyak bentuk dan barang, melainkan yang kita perlu lawan adalah sampahnya.”

Kalau kita berhenti menggunakan barang dengan material plastik, jadinya akan banyak industri yang kesusahan untuk bertahan, anggap seperti industri penerbangan yang hampir semua komponennya dibuat dari plastik, seperti karbon kevlar. Atau mungkin industri kesehatan harus mencari material lain untuk pengganti bagaimana obat-obatan bisa tersimpan dengan higienis, terjaga suhunya, apalagi kalau bukan dengan material plastik.

Contoh lain, material plastik yang sekali pakai yaitu kantong plastik, gelas plastik, dan juga kotak makan plastik. Semuanya secara fungsi hampir tidak bisa tergantikan, belum terbayangkan misalnya makanan kita dari ojek online diantar menggunakan daun pisang, atau mungkin diganti dengan material yang lebih modern, sehingga biaya menjadi bengkak dan makan-minuman akan susah dijangkau oleh pasar atau pembelinya.

Ternyata memang materialnya tidak bermasalah karena secara fungsi sangat membantu kehidupan sehari-hari, tapi sampahnya yang menjadi masalah, umur barang plastik hanya digunakan beberapa jam saja, tapi sampahnya akan bertahan di TPA mungkin 500 tahun lebih. PBB lagi-lagi menyarankan yang kita lawan adalah sampahnya, bukan materialnya.

Beberapa Negara kini mulai sadar bahwa ternyata solusi lain adalah kita perlu hadirkan barang plastik yang kuat, terjangkau oleh pasar, tapi di masa akhir bisa terurai lebih cepat, tidak lagi membutuhkan 500 sampai 1000 tahun, tapi bisa terurai sempurna lebih cepat di masa akhir pakai. Ada yang 2 sampai 5 tahun, ada juga yang 6 sampai 12 bulan. Dikenal dengan Biodegradable Plastic, atau Biobased Biodegradable Plastic. Apakah masalah jadi selesai sampai di sini?

Pertanyaanya perlu kita pertajam lagi, apakah kamu bersedia turut menjadi solusi dari masalah ini? Karena untuk Negara bisa menghadirkan solusi yang tepat, anggaplah barang yang menggunakan teknologi Biodegradable Plastic, butuh regulasi yang jelas untuk menentang penggunaan Plastik susah terurai. Para produsen juga perlu kesadaran jelas bahwa sampah ini bukan main masalah yang ditimbulkan di kemudian hari. Para pelaku bisnis juga perlu memikirkan bahwa produk makan-minumannya perlu punya solusi untuk sampahnya yang susah terurai. Dan para konsumen seperti kita perlu melek terhadap brand yang mau terlibat dengan solusi ini. Karena pada akhirnya, darurat sampah plastik bisa dihadirkan mulai dari level terkecil. Yaitu dari kamu sendiri.

Share: